Tinggi Dalam Prestasi Bernas dalam Kualitas
12 Aug
JAKARTA, SENIN - Hujan meteor Perseids akan kembali hadir menyuguhkan kembang api alami di langit malam. Puncaknya diperkirakan akan tejadi nanti malam hingga Selasa (12/8) dini hari.
Pertunjukan hujan meteor Perseids akan dimulai sekitar pukul 23.00 WIB dekat Rasi Perseus yang terbit dari arah Timur Laut. Nama Perseids sendiri memang diambil dari rasi bintang tersebut. Komet-komet Perseids juga selalu muncul dari arah rasi tersebut yang bergerak dari arah timur laut ke barat sepanjang malam hingga pagi hari.
Meteor-meteor tersebut berasal dari serpihan debu ekor komet 109P/Swift-Tuttle yang masuk ke atmosfer Bumi. Komet yang ditemukan pertama kali pada tahun 1862 itu mengelilingi Matahari setiap 130 tahun sekali. Setiap pertengaha Agustus, Bumi melintasi orbitnya yang mengandung sisa-sisa ekornya yang ditinggalkan.
Sayang, di awal pertunjukan kali ini cahaya bulan sedang mendekati fase purnama sehingga sedikit mengganggu munculnya kilatan meteor. Pengamatan paling baik setelah pukul 02.00, Selasa (12/8) dini hari, begitu bulan tenggelam.
Pada puncaknya, rata-rata dapat terlihat antara 50-60 meteor setiap jam. Jika beruntung, pengamat yang berada di daerah yang gelap gulita dan langit cerah bahkan dapat melihat antara 90-100 meteor setiap jam.
Hujan meteor Perseids merupakan salah satu fenomena yang ditunggu-tunggu setiap tahun. Meskipun melesat lebih cepat dibandingkan meteor lainnya yakni dengan kecepatan 60 kilometer perjam, kilatan meteornya terkenal sangat terang dengan cahaya yang panjang.
Jadi jangan lewatkan momen langka yang datang setahun sekali ini. Persiapkan bekal camilan dan minuman hangat untuk menemani begadang. Menjelang tengah malam, cari lokasi yang gelap gulita dan siapkan tempat untuk berbaring yang nyaman untuk melihat langit.
Sumber: Kompas
16 Jun
Tingginya hanya 4 meter, namun sebatang pohon sejenis cemara, yang masih hidup di Swedia, diketahui berusia 9.550 tahun. Hidup sejak akhir zaman es, pohon tersebut tercatat sebagai yang tertua di dunia saat ini.
Spesies pohon spruce Ione Norwegia ini ditemukan tahun 2004. para peneliti menemukannya di sekitar semak-semak pegunungan pada ketinggian 910 meter di Provinsi Dalarna, Swedia. Pohon ini tidak langka karena penduduk sering menggunakan sebagai pohon Natal.
“Usianya yang sangat panjang kemungkinan besar dipicu emampuannya mengkloning diri sendiri,” ujar Leif Kullman, profesor eologi dan lingkungan hidup di Universitas Umea, Swedia. Batang dan rantingnya memang diketahui dapat bertahan hidup hingga 600 tahun. Kullman menjelaskan, saat batangnya mati, batang baru akan dibentuk dari akarnya sehingga umurnya menjadi sangat panjang.
Pohon ini lebih tua dari pinus Bristlecone di White Mountain California yang hanya berusia 5000 tahun. Pinus Bristlecone tertua hanya bertahan hidup hingga 7.500 tahun namun tumbuh menjulang hingga 150 meter. Jika umur pinus Bristlecone diukur dari garis pohon di rantingnya yang dipantau setiap tahun, umur cemara di Swedia diukur dari jejak radiokarbon di akarnya.
Kullman menyatakan pohon yang usianya lebih tua dari 9.550 tahun bisa dikatakan mustahil. Sebab, seluruh wilayah Swedia kemungkinan masih diliputi es saat itu.
Sumber: Kompas
24 May
Washington (ANTARA News) - Para astronom dibuat bingung oleh penemuan sebuah pulsar dengan orbit tak biasa yang belum pernah dilihat sebelumnya, pada bintang-bintang neutron serupa yang berputar cepat dan memancarkan getaran gelombang radio secara teratur.
Pulsar biasanya memiliki orbit bundar di sekitar bintang-bintang cebol putih, namun benda langit yang baru ditemukan itu bergerak dalam lintasan oval atau “eksentrik” di sekitar bintang-bintang seperti matahari, demikian menurut pengkajian yang dimuat pada jurnal online Science Express.
(more…)